Tato Tubuh, Tradisi Perempuan Suku Belu Agar Tak Jadi Budak Seks – Selama ini formalitas mentato tubuh menjadi tidak benar satu identitas bagi Suku Mentawai. Tapi enggak cuma Mentawai, sebuah suku di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), juga punyai formalitas serupa.
Bedanya, jika Suku Mentawai menjadikan tato sebagai sebuah identitas, Suku Belu menjadikan tato sebagai langkah supaya terhindar berasal dari budak seks.
Ya, di masa penjajahan Jepang, suku ini manfaatkan tato sebagai sinyal bahwa mereka sudah menikah dan tak ulang perawan.
Dilansir beragam sumber, formalitas tersebut sudah lama dilaksanakan oleh para perempuan Suku Belu. Situs Slot Gacor Suku Belu, atau disebut juga Suku Tetun/Tetum merupakan tidak benar satu masyarakat asli Pulau Timor.
Suku ini menduduki lebih dari satu besar Kabupaten Belu, dan bahasa mereka disebut bersama Bahasa Tetun. Selain di Timor Barat, suku ini juga terkandung di Timor Leste.
Menurut cerita, Suku Belu di awalnya diyakini berasal berasal dari Malaka, sesudah itu berpindah ke lebih dari satu tempat sebelum saat pada akhirnya tiba di Pulau Timor, yaitu di Belu Selatan.
Menariknya, para perempuan Suku Belu bakal kenakan tato bersama motif khusus yang melambangkan standing sosial mereka.
Tato dan Maknanya Bagi Suku Belu
Bagi masyarakat Suku Belu, tato yang dilukis di tubuh tak cuma menjadi sebuah kecantikan, tetapi juga untuk memperjelas standing perkawinan.
Jika ditato terhadap kaki, Slot Terbaru hal itu menunjukkan bahwa perempuan tersebut belum menikah. Sedangkan tato yang dibikin di anggota tangan berarti bahwa perempuan tersebut sudah menikah.
Biasanya, tato bakal dibikin di kaki dan tangan bersama beragam motif. Motif yang dibikin adalah motif bunga atau motif berulang, seperti kain tenun. Namun, tak cuma itu tersedia juga motif yang sesuai bersama permohonan seperti nama inisial dan lain sebagainya.
Pembuatan tato dimulai bersama prosesi kebiasaan yang lumayan rumit. Sebelumnya, mereka harus membuat pola di anggota tubuh yang dambakan ditato.
Adapun, pola tersebut dibikin bersama manfaatkan tinta yang berasal berasal dari endapan asap di loteng tempat tinggal masyarakat ataupun lampu-lampu petromak. Endapan asap tersebut sesudah itu diberi air dan jadilah sebuah tinta.
Pola yang sudah dibikin tadi, sesudah itu diolesi oleh tinta berasal dari endapan asap tadi yang bakal dibikin permanen bersama duri pohon maja.
Duri tersebut ditusuk-tusukan ke kulit mengikuti pola yang ada, Slot Gacor Gampang Menang tujuannya supaya tinta meresap masuk ke lapisan kulit yang lebih di dalam dan menjadi tahan lama.
Menariknya, meski manfaatkan alat-alat tradisional dan sederhana, tato tersebut tidak gampang pudar.
Tradisi Agar Tak Jadi Budak Seks
Tradisi menato Suku Belu tak cuma menjadi perlambang standing perkawinan, tetapi juga dilaksanakan untuk melawan perbudakan seks terhadap zaman penjajahan Jepang.
Tentara Jepang tidak bakal menyentuh tubuh perempuan bertato, gara-gara dia mengerti perempuan-perempuan itu sudah bersuami. Jadi, hal tersebut dianggap sebagai wujud perlindungan diri dan perlawanan mereka terhadap penjajah.
Kalau mereka tidak menghindar sakit untuk di tato, maka mereka bersiap untuk diperkosa atau dijadikan budak seks.
Adapun terhadap zaman penjajahan, perempuan menyembunyikan standing mereka bersama menato lengan dan kaki untuk menunjukkan bahwa mereka sudah menikah.
Bukti perjuangan ini masih bisa ditemukan terhadap lengan dan kaki perempuan Malaka yang berumur 60 tahunan ke atas.
Walau demikian, untuk sekarang ini formalitas tersebut sudah banyak mengalami pergeseran, begitupun formalitas tato sudah tidak dilaksanakan lagi.